Wednesday, May 4, 2016

Cara Modern Memanen Padi untuk Mencegah Kehilangan saat Panen


Indonesia merupakan negara agraris yang mana menghasilkan banyak padi setiap tahunnya. Seharusnya negara ini tidak mengimpor padi, namun kenyataannya sekarang tidaklah sama dengan teorinya. Kenyataannya Indonesia masih juga mengimpor padi dari negara lain. Hal ini selain dikarenakan lahan yang sudah banyak berkurang dikarenakan industry yang semakin banyak berdiri di negeri ini, juga dikarenakan angka kehilangan setiap penennya. Jadi padi yang setiap kali dipanen mengalami kehilangan hingga 20,42%. Hal ini tentu saja disayangkan. Banyaknya prosentasi kehilangan padi ini bisa jadi dikarenakan proses memanen yang kurang baik. Cara memanen secara tradisional sudahlah tidak efektif sehingga dibutuhkan system memanen modern agar tidak lagi terjadi kehilangan yakni dengan menggunakan mesin-mesin pemotong padi modern. Namun selain itu kehilangan juga terjadi saat:

1. Memanen 
2. penyimpanan 
3. pengangkutan 
4. penggilingan

Semua proses padi menjadi beras ini menyebabkan banyak kehilangan hingga 20,42%.
Kebanyakan petani Indonesia memanen padi dengan menggunakan sabit. Sabit ini terdiri dari dua macam yakni sabit biasa dan bergerigi. Penggunaan sabit bergerigi ini bisa menekan angka kehilangan hingga 3% sehingga sangat dianjurkan untuk digunakan. Dan petani memang lebih banyak menggunakan sabit bergerigi ini dibandingkan dengan jenis sabit lainnya. Selain menggunakan sabit, di Indonesia masih belum mengenal teknologi modern bernama mesin pemotong padi sehingga kebanyakan petani masih menggunakan sabit sebagai alat pemotong manual. Hal inilah yang menyebabkan angka kehilangan terjadi. Kebanyakan kehilangan terjadi memang pada saat proses pemotongan. Tentu saja hal ini bisa diatasi yakni dengan menggunakan mesin-mesin pemotong padi modern. Selain praktis juga bisa memotong padi dengan resiko kehilangan kecil.

Mungkin kebanyakan masyarakat mengetahui bahwa padi banyak ditanam hanya di negara-negara Asia saja, padahal jika menilik sejarahnya, padi justru lebih banyak dibudidayakan oleh negara-negara Barat dengan menggunakan teknologi yang sudah modern dan juga menggunakan rekayasa genetika yang bagus untuk memperoleh hasil panen yang maksimal. Ada 6 negara bagian Amerika setidaknya yang menjadi tulang punggung bagi produksi padi di Amerika yakni California, Mississippi, Missouri, Texas, Louisiana, dan Arkansas. Di negara Amerika ini, meskipun tidak banyak masyarakatnya yang mengkonsumsi nasi untuk makanan sehari-harinya namun juga tetap menghasilkan padi, tujuannya tentu saja untuk dijual kepada negara lainnya, selain untuk negaranya sendiri. Negara ini bahkan mengekspor padinya hingga ke 100 negara yang mana sebanyak 12% perdagangan beras di dunia dikuasai oleh Amerika.

Dengan melihat system negaranya yang sudah maju, tentu saja tak heran apabila negara ini bisa mengekspor beras hingga ke negara-negara yang digadang sebagai negara agraris seperti Indonesia ini. Meskipun memiliki lahan yang luas, jika tidak dimanfaatkan dengan baik tentu saja akan kalah dengan negara yang pandai memperhitungkan kekayaan alamnya. Dahulu Indonesia pernah menjadi negara penghasil beras terbesar, namun kini untuk menghidupi rakyatnya saja beras Indonesia masih belum cukup. Dengan banyaknya industry yang didirikan menjadikan penyempitan lahan, ditambah pula system panen yang masih manual dan dikerjakan oleh banyak orang semakin menambah alasan tidak dihasilkan banyak beras tiap tahunnya. Di Amerika bahkan memanen beras hanya membutuhkan 2 orang saja yang mana pekerjaan dilakukan dengan menggunakan mesin. Lahan seluas 100 hektar bisa dipanen dalam waktu singkat hanya dengan mesin traktor raksasa. Hal ini juga baik untuk mengurangi resiko kehilangan diatas. Bagi petani padi Indonesia sudah selayaknya mencontoh negara ini untuk lebih mengembangkan teknologi pertanian agar lebih maju dan hasilnya bisa maksimal.

No comments:

Post a Comment