Sunday, January 17, 2016

Pohon Sengon sebagai Potensi Perkebunan Nusantara


Kebutuhan akan furniture mulai meningkat seiring berjalannya waktu. Kebutuhan bahan baku kayu sangat dibutuhkan, untuk membuat perkakas furniture yang terjangkau dibutuhkan bahan yang terjangkau juga. Pohon sengon selama ini dikenal sebagai bahan baku furniture, untuk bidang perkebunan pohon sengon sebagai potensi perkebunan karena banyaknya permintaan untuk bahan baku furniture terjangkau. Furniture terjangkau biasanya dibuat untuk perkakas rumah tangga ataupun untuk sekelas keperluan mahasiswa. Sehingga banyak pengrajin kayu yang membutuhkan bahan baku sengon untuk dibuat kembali. Pada bidang perkebunan pohon sengon sebagai potensi perkebunan bisa menjadi investasi yang menjanjikan untuk peluang di bidang perkebunan. Pohon sengon terdapat tiga jenis yang banyak diminati oleh pengrajin, yaitu sengon Solomon, laut dan nusantara. Permintaan akan ketiganya termasuk tinggi karena jenis bibit sengon yang jenis ini terbilang produktif.

Pohon sengon sebagai potensi perkebunan yang menjanjikan tergantung jenis bibit yang digunakan. Usia dan ukuran pohon sengon sangat berpengaruh dari kekuatan bibit. Jenis bibit 3 bulan, biasanya ukuran batangnya 50 cm, yang mempunyai akar berkambium, dan ditumbuhi daun setidaknya 8 lembar. Selanjutnya ada bibit 5 bulan, bedanya dengan yang 3 bulan adalah bibit ini setidaknya batang berdiameter sekitar 1-2 cm dan tinggi bibit 1 m, dengan ukuran daun kurang lebih antara 1 sampai 12 cm. Pemasaran pohon sengon termasuk relative mudah, kayu sengon memunyai tingkat konsumsi yang tinggi, selain untuk dijual batangan bisa juga dibuat sebagai bahan baku peti, palet dan lain sebagainya. Ranting pohon sengon juga bisa dimanfaatkan sebagi bahan baku kertas atau pulp, atau bisa juga dikelompokkan untuk bahan kayu bakar. Pohon sengon sangat diminati untuk investasi bagi bagian perkebunan, bisa diambil contoh perhitungannya yaitu saat pohon sudah berusia sekitar 5 tahun, kemudian dihargai tiga ratus ribu sampai dengan limaratus ribu per batang, sedangkan jika sudah diolah menjadi papan dapat dihargai sekita satu juta sampai satu setengah juta per meter kubik. Perhitungan untuk perkiraan jumlah tanaman dalam satu hektar lahan adalah sekitar 4000 batang, biasanya prediksi penyusutannya sekitar 25 %, dihitung 25% dari 4000 batang adalah 1000 batang. Maka setiap satu hektar tanah bisa memanen sebanyak 3000 batang dalam perdiksi rentang waktu 5 tahun. Dengan kalkulasi penjualan yang dilakukan sebelumnya, hanya dikurangi oleh ongkos perawatan dan ongkos jasa angkut.
Jadi tak heran bila pohon sengon sebagai potensi perkebunan terus dibudidayakan dan
sebagai komoditi invetasi yang menjanjikan. 
Berikut cara budidaya pohon sengon:
1. Lahan yang dibutuhkan
- Lahan yang bagus punya ketinggian 0-800 meter dari permukaan laut.
- Jenis sengon yang bisa ditanam di atas tanah yaitu alluvial, regosol, dan latosol.
2. Melakukan pembibitan
- Pembibitan sengon bisa menggunakan biji, atau cara generative.
- Ciri bibit unggul yaitu ukurannya besar, bentuknya utuh, dan bisa tenggelam dalam air.
- Untuk mempercepat proses perkecambahan biji sengon sebaiknya direndam dalam air mendidih kurang lebih dalam durasi 20 menit. Kemudian pindahkan dalam rendaman air dingin selama 24 jam. Setelah itu angkat dan diap disemaikan.
3. Penanaman sengon
- Jarak tanam ideal bibit sengon sekitar 30 cm persegi dan kedalaman 30 cm
- Untuk mendapatkan hasil optimal, lakukan pemupukan sebelum menanam bibit.
4. Pemeliharaan
- Cara memelihara sengon adalah dengan mengairi secara rutin
- Lalu gunakan semprotan pembasmi hama, dan menyiangi area sekitarnya.
- Atau bisa mengawasi binatang perusak sengon.
Budidaya pohon sengon sebagai potensi perkebunan merupakan peluang untuk meningkatkan taraf ekonomi pengrajin kayu dan masyarakat.

No comments:

Post a Comment