Saturday, January 16, 2016

Potensi Pengembangan Bibit Nener Bandeng


Pada budidaya ikan bandeng, akan ditemukan juga produksi benih bibit bandeng. Bibit bandeng biasa disebut dengan nener. Potensi budidaya ikan bandeng semakin meluas, sehingga perlu adanya pengembangan bibit nener bandeng untuk menjawab potensi pasar dan melengkapi kebutuhan pasar. Pada dewasa ini konsumsi bandeng semakin meningkat dan mulai merambah pada aneka ragam olahan bandeng. Salah satu yang paling terkenal yaitu bandeng presto, sebenarnya awal mula adalah orang-orang yang terganggu pada duri bandeng. Namun, untuk memudahkan memakannya dan bisa menyimpan lebih lama maka muncul berbagai ide olahan ikan. Bandeng presto pernah menjadi hal yang booming sampai akhirnya sudah menjadi seperti hal biasa, menjadi aneh kalau bandeng itu diolah tidak dengan tulang yang juga renyah di mulut. Produksi bibit nener ini juga didukung dengan teknologi produksi benih, seperti di Hatchery, ataupun Hatchery Sepenggal (HS). Potensi produksi nener di Hatchery mulai menampakkan hasil yang bagus. Usaha ini tidak dipengaruhi oleh kondisi alam, serta tidak telalu berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Usaha pengembangan bibit nener bandeng bisa menjadi usaha yang mapan dan mampu membantu kenaikan ekonomi daerah. 

Berikut beberapa usaha pengembangan bibit nener bandeng :

1. Menyiapkan kolam atau bak.
Kolam yang digunakan untuk pengembangan larva, harus terbebas dari segala kotoran dan mikroorganisme jadi harus benar-benar bersih. Cara membersihkannya bisa dengan menyiram kaporit (dosis 5-10ppm) yang diendapkan selama kurang lebih 1 hari. Baru setelah itu disiram dengan air tawar sampai kolam atau bak menjadi bersih.
2. Penebaran telur
Kolam yang sudah bersih hendaknya diisi dengan air laut yang difilter terlebih dahulu. Kemudian diberikan elbosin ke dalam bak setelah itu telur baru bisa disebar.
3. Pemberian pakan
- Larva bandeng baru mulai makan pada usia 3 hari, sebelumnya kuning larva menyerap kuning telur. Setelah itu mulai diberi Chlorella sp. dan Rotifera sebagai makan alami yang berguna untuk peneduh terhadap cahaya matahari yang masuk. Keduanya juga bisa disebut media pemeliharaan bagi larva bandeng. Larva diberi makan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore. Setelah itu larva haruslah aktif untuk mencari makanan disekitarnya.
Lebar mulut larva ikan bandeng sekitar 225 mikro, sehingga makanannya harus disesuaikan degan mulutnya yaitu rotifer.
- Kuantitas dan kualitas air perlu dijaga agar pemeliharaan larva bisa optimal. Perlu adanya pengelolaan air, selanjutnya penyimpanan selama pemeliharaan.
- Larva usia 2 hari setelah menetas perlu adanya penyiponan sehingga cangkang yang ada di dasar kolam tidak menggangu atau membusuk sehingga bisa meracuni larva.
4. Panen Larva
- Cara pemanenan larva bandeng bisa dilakukan dengan total atau diambil secara bersamaan perlu dilakukan pernyortiran yaitu selama 3-5 hari.
- Sebelum dipanen perlu untuk mengurangi volume air hingga 80%.
- Memasang kelambu panen yang dipasang pada ujung pipa pengeluaran kolam. Fungsi kelambu yaitu untuk memanen larva.
- Kemudian pindahkan larva pada tempat sortiran untuk dipelihara.
- Waktu yang cocok untuk memanen adalah pagi hari.
- Pada usia 17 hari sampai pada 20 hari, maka larva sudah siap dipanen.
- Ukuran rata-rata larva sekitar 12 mm dan berat 0,006 gram.
- Ketika larva dipelihara sampai usia 25 hari maka penampakan morfologisnya bisa dikatakan menyamai bandeng dewasa. Pengembangan bibit nener bandeng bisa dikatan berhasil bila keberhasilan panennya berkisar antara 60% - 80%. Tingkat kelangsungan hidupnya hanya berkisar antara 20 sampai 25 hari.

No comments:

Post a Comment